Tuesday, July 13, 2010

Pintu


---start backsound:
*aku ingin begini
*aku ingin begitu
*ingin ini ingin itu
*banyak sekali
---

Pintu ke mana saja!
Liat Doraemon di latar belakang panggung Opera Van Java yang hari ini bertema budaya Jepang, langsung teringat pintu ajaib khayalan di komik futuristik yang bisa membawa seseorang pergi kemanapun dia mau.
Satu pintu berjuta tujuan.

Di dunia nyata, pintu hanya akan terbuka jika ada usaha dari kita untuk membukanya. Lepas grendel. Masukkan kunci dan putar. Pencet tombol. Pasang jempol. Apapun.
Yang dibutuhkan cuma 1; tau gimana caranya. Sederhana.

Pilihan2 yang telah kita ambil di masa lalu, menjadi pintu bagi terbukanya masa depan yang sekarang jadi nyata dihadapan kita.

Apapun yang kita hadapi dan rasakan saat ini, adalah skenario yang sudah ditentukan bagi setiap pribadi. Saya yakin, anda percaya takdir, dan saya yakin anda pasti setuju semua ini bukanlah suatu kebetulan.

Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. Penentuan terhadap alternatif pilihan yang ada menjadi cara pembuka pintu masa depan.

Ketika kita berada di suatu situasi, sekali lagi kita dihadapkan kepada pilihan2.
Bahkan sikap kita dlm menyikapinya dg ; -bingung, panik, resah, heboh, lebay-(yg ujung2nya mengeluh), atau tidak, juga merupakan pilihan.

Memang, semuanya manusiawi.
Tetapi mengeluh bukanlah pilihan bijak.

Berjuta pintu alasan untuk mengeluh..
Cuma sedikit pintu alasan untuk bersyukur..

Semoga kita termasuk orang2 beruntung yang bisa menemukan satu saja pintu bersyukur, apapun alasannya..

Amiiin..

---end backsound
*syukuri apa yang ada
*hidup adalah anugrah
*tetap jalani hidup ini
*melakukan yang terbaik
---

Monday, May 10, 2010

Kaya? Mmmmm....


Berjalan pagi berangkat ke kantor, sering kali kebarengan ama seorang bapak tua, lebih tua dari bapakku.
Mungkin umurnya sekitar 60-80 tahunan, seperti kakekku. Tiap ketemu, langkahnya pelan, bahkan tanpa menambah kecepatan jalanku-pun, beliau pasti tersalip. Jadi bisa dibayangin lah usianya. Liat di foto tuh, meski terlihat bungkuk, sisa2 kemachoannya masih ada dg tidak pernah lepas dari pundak kiri tas besar serta ditentengnya tas koper hitam itu, entah apa isinya. Seorang teman pernah bilang kalo dia adalah penyedia jasa reparasi jam. Wow! Tingkat keyakinan super tinggi untuk mendapatkan rejeki halal tiap hari. Coba perkirakan, berapa orang yang make arloji jaman handphone ber-jam digital begini?
Keyakinan bahwa Tuhan telah menetapkan ukuran besar kecil rezeki bagi tiap-tiap hamba-Nya yang mau berusaha dan berdoa.

Omong2 usaha, jadi ingat pengusaha nyentrik, Bob Sadino. Beliau sempat bilang di suatu acara radio kalo dia jenuh, bosan dg gaya hidup mewah di masa mudanya. Sambil berkelakar beliau bilang, "sebenarnya ga enak bilang ini, tapi saya pernah bosan kaya." Pribadi unik yang dengan 100 rupiah per hari dilakoninya dg menjadi kuli bangunan, namun suatu saat mandor yang menggajinya dibiayai naik haji.
Kemarahan dan tawaran bantuan kakak2nya ketika Bob dianggap aib keluarga dg berkotor2 membersihkan kandang ayam, jualan telur, jadi sopir taksi, dsb, dijawab Bob dg tegas: "bantuan yang dapat kakak2 berikan adalah, Tolong berhenti menawarkan bantuan kepada saya, tolong jangan bantu saya"
Beda dengan orang kebanyakan, yang Bob cari adalah Pengalaman.
Pengalaman untuk merasakan nikmat dari sisi lain. Yang membedakannya dg orang sombong ialah, ada rasa empati terhadap orang lain dalam petualangannya menikmati tantangan keluar dari zona nyaman yang dikecapnya.

Manusia berencana, Tuhan yang menentukan.

Destiny tidak diciptakan manusia, tapi Destination ditentukan sendiri oleh manusia.

So, mau jadi apa anda? Orang super kaya? Padahal bob sadino aja bosen kok setelah kaya!

Apakah anda memiliki keyakinan yang sama dengan perjuangan pak tua berkoper itu?
Selalu berusaha sekuat tenaga dengan keyakinan super tinggi akan rahasia rezeki?

Ataukah anda sedang terlena dan belum ingin keluar dari zona nyaman karena anda bukan bob sadino?

Apapun kondisi anda sekarang, dalam tiap rupiah rezeki anda, disana ada bagian rezeki orang lain yang dititipkan Tuhan kepada anda. Seperti status fb seorang teman tempo hari, kepandaian sebenarnya adalah kepandaian yang memandaikan orang lain, sedangkan kekayaan sejati adalah kaya yang mengayakan orang lain.

Mari selalu berusaha dan bekerja dengan disertai doa, kuatkan hati hadapi apapun cobaan dan godaan, kemudian tawakal.
Pasrah jaya, pokoke sing penting wis usaha. Rejeki ono Sing Maringi.

Dan yang penting, Sabar.

Karena sabar, adalah kemenangan.

Wallahu'alam.

Tuesday, April 13, 2010

Reparasi sandal


Hari minggu pekan lalu, tiket mudik udah di tangan, tapi yang tertulis di tiket tanggal akhir pekan ini. Yah, agendanya jalan2 aja deh, siapa tau menemukan sesuatu yg mungkin bisa jadi oleh2 buat keluarga akhir pekan nanti.

Berangkat dari kos ketika matahari mulai terasa lebih hangat -kalau ga mau dibilang panas- dan sudut 90 derajat terbentuk hampir sempurna antara angka 9 dan 12. Sandal selop hitam model bapak tua yang belum terlalu lama kubeli dg diskon setengah harga rupanya udah mengeluh kepada tuannya. Alasnya mengelupas di bagian depan seperti lidah terjulur orang yg sedang kehausan. Mungkin kalau dia bisa ngomong, dia akan memohon: "ampun gan, minta cuti dulu gan". Maklum, model yang seperti itu memang -not for walking purpose-, ga buat jalan kaki pulang pergi tiap hari menyusuri aspal jalanan serta paving-stone dan penutup got trotoar sepanjang kwitang-gambir.

Mampirlah aku sejenak ke barisan orang2 yg duduk bertopi gelap yang hampir membuat mereka seperti berseragam. Mereka tampak serius mengerjakan order. Sepatu pesta ber-hak sedang, sampe sepatu olahraga model terkini tampak tak berdaya di pangkuan mereka diiringi dua jarum sepatu yang menari2 menyimpulkan benang jahit khusus.

Setelah sejenak menunggu, tiba kini antrianku. Sepatu futsal putih itu bertukar tempat dengan selembar sepuluhribuan. "Pak, tolong diperbaiki ya, cuma depannya doang kok", sambil kusodorkan sandal selop sebelah kanan. Tukang sol mempersilahkan sepasang sandal jepit hitam yang kupikir bagian dari layanannya untuk kukenakan sembari menunggu. Wah, bagus juga nih servicenya, batinku, apalagi setelah kulihat si bapak ternyata kerja ga pake alas kaki. Hmm.. Kayaknya properti pribadi nih..

Hal yang kontras melintas dibenakku. Sesuatu yg bertolak belakang dg yg dilakukan oleh "rekan seatap" di direktorat. Ya. Disaat layanan seorang tukang sol sepatu dilakukan dg "all-out", pengkhianat reformasi birokrasi melakukan "all-in" ke rekeningnya hingga miliaran rupiah. Layanan prima di hadapanku berbeda jauh dengan layanan pribadi mister GT. Ampun deh..!

"Udah jadi Bang..". Pura2 ga kaget aku tanya, "brapa duit pak?".
"Biasa, 5 ribu aja.." balasnya sambil senyum. Bongkar2 dompet sambil mikir, 5ribu-10ribu sepertinya lebih ringan kalau diserahkan kepada yang berhak.
Yang memberi ikhlas, sedangkan yang menerima puas. Namanya = UANG PANTAS. Bukan; yang memberi lemas campur gemas, sementara yang menerima was-was dan cemas. Namanya = UANG PANAS.

"Makasih pak", kutemukan si kanan dg si kiri sambil menghitung bo'ongan, berapa ribu pasang sandal atau sepatu lagi ya, biar tukang sol ini bisa ganti2 mobil dan punya rumah mewah seperti Gayus?

Meski ga tampak lebih baru, tapi lem dan jahitan di bagian depannya bikin aku yakin ga bakal nyangkut2 lagi tu "lidah" dan ga ada lagi suara aneh tambahan ketika kupake jalan entar. Ok, lanjutkan perjalanan dg sandal "baru".

-Perbaiki "sandal"mu agar lebih yakin melanjutkan perjalanan hidup. Masalah akan selalu ada dan itulah yang membuatmu "hidup". Bangkitlah, karena seberat apapun masalah, jika ia tidak membuatmu mati, maka ia akan membuatmu lebih kuat.-

Topi yang sedari tadi kukibaskan ke muka menyadarkanku kalo ternyata rambut2-mungil-ku udah ga mampu lagi menahan panas terik di kulit kepala.
PANTAS PANAS! Whakakakaka...